Senin, 20 Mei 2019

Pilahan Dikotomis tentang Bahasa

Bahasa sebagai objek linguistic lazim dikai secara dikotomis. Dalam Kamus Basar Bahasa Indonesia (KBBI), dikotomis diartikan sebagai pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan. Hal tersebut dapat dipahami sebagai bagian bahasa yang saling memiliki karakteristik yang bertentangan. Istilah “bertentangan” tersebut juga belum tentu diatikan sebagai berlawanan karena dikotomis dalam bahasa juga dapat saling komplementer meskipun fungsi sebagai penentang dari lainnya. Mislanya, antara penanda dan petanda.
Penanda memiliki fungsi untuk menandai suatu petanda. Begitupun sebaliknya. Dalam bahasa sederhana, sebuah kata “kuda” digunakan untuk menandai sebuah hewan berkaki empat yang memakan rumput yang dapat berlari sangat kencang. Kata “kuda” adalah penanda dan frase hewan . . . kencang adalah petanda. Dari ilustrasi tersebut dapat dinyatakan bahwa antara penanda dan petanda saling melengkapi meski fungsi bertentangan.

Minggu, 19 Mei 2019

STRATEGI MENJAGA BAHASA BAKU INDONESIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


PENDAHULUAN
Berbicara tentang bahasa baku (lebih tepat disebut ragam bahasa baku) dan bahasa nonbaku, berarti kita membicarakan variety bahasa. Bahasa baku adalah salah satu variasi bahasa yang diangkat dan disepakati sebagai ragam bahasa yang akan dijadikan tolak ukur sebagai bahasa yang “baik dan benar” dalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian warga masyarakat pemakaiannya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya, sedangkan ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma bahasa baku. Bahasa baku adalah ragam dari ujaran dari satu masyarakat bahasa yang disahkan sebagai norma keharusan bagi pergaulan sosial atas kepentingan dari berbagai pihak yang dominan di dalam masyarakat itu  (Dittmar, 1976).
Bahasa baku mempunyai empat fungsi, yaitu pemersatu, penanda, pembeda (kepribadian), penambah wibawa dan kerangka acuan. Sebagai pemersatu, bahasa baku mempersatukan atau menghubungkan penutur berbagai  dialek, sehingga mereka menjadi satu masyarakat bahasa baku. Penggunaan bahasa baku menjadi pembeda (kepribadian), jika di terapkan secara benar dapat memperkuat kepribadian dan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia. Dalam fungsi pembawa wibawa, mereka yang mahir berbahasa baku dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain. Sementara sebagai kerangka acuan, bahasa baku berfungsi sebagai kerangka bagi pemakainya dengan norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah bahasa indonesia baku menjadi tolak ukur pemakaian bahasa secara benar.

Fungsi Khusus Bahasa


Fungsi Bahasa Menurut Finocchiaro
Salah satu ahli bahasa yang membagi fungsi bahasa adalah Finociaro (1977). Dia mengadakan pembagian fungsi bahasa menjadi lima kelompok. Kelima kelompok itu adalah (1) fungsi personal; (2) fungsi interpersonal; (3) fungsi direktif; (4) fungsi referensial; dan (5) fungsi imajinatif.
Fungsi personal merupakan fungsi bahasa untuk menyatakan diri. Ukurannya adalah apakah yang disampaikan itu berusal dari dirinya atau bukan. Apa yang terdapat pada diri manusia itu secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yakni perasaan dan pikiran. Jadi, jika seseorang menyatakan isi perasaan dan atau pikirannya, maka dia sedang menggunakan bahasa untuk menyatakan diri.
Kita dapat mengambil contoh, seorang pemuda yang ingin menyampaikan rasa cintanya kepada seorang gadis. Untuk itu, dia harus menggunakan bahasa, katakanlah bahasa cinta. Pemuda itu ketika menyatakan cintanya kepada sang gadis menggunakan bahasa untuk menyatakan diri, dan bahasa yang digunakan itu mengemban fungsi personal. Berbagai macam perasaan dan pikiran tentu dapat dinyatakan, seperti perasaan susah, kalut, perasaan senang, marah, dan sebagainya.

Senin, 06 Mei 2019

Grice’s Basic Idea


We are concerned to arrive at an account of meaning, meaning considered as a remarkable feature sentences in particular. But suppose we ask ourselves, what are sentences really? They are types of marks and noises, individual tokens of which are produced by people on particular occasions for a purpose. When something, it is usually for the purpose of communicating. You deliver yourself of an opinion, or express a desire or an intention. And vou mean to produce an effect, to make something come of it.
So one might infer that the real natural ground of meaningful utterance is in what mental state is expressed by the utterance. Of course we have already introduced the word "express" as designating a relation between sentences and propositions, but here the term has a more concrete and literal use: sentence tokens are seen as expressively produced by speakers' beliefs, desires, and other propositional attitudes.
Grice (1957, 1969) took these facts as the basis of his theory of meaning. He believed that sentence meaning is grounded inthe mental, and pro-posed to explicate it ultimately in terms of the psychological states of individual human beings. We can think of this as no less than the reduction of linguistic meaning to psychology.

Minggu, 05 Mei 2019

Teori Nativistik dalam Pemerolehan Bahasa Anak Usia 0—3 Tahun (2)


Paparan Data Pemerolehan Bahasa Anak Usia 0—3 Tahun
Paparan data pemerolehan bahasa anak usia 0—3 tahun ini diambil dari buku Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia karya Soenjono Dardjowidjojo yang dianalisis dari pandangan nativisme yang telah dijelaskan di atas. Data-data tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1.      Bahasan Produksi Fonologi: Umur Satu Tahun
Echa mengeluarkan bunyi-bunyi yang masih sukar ditebak pada beberapa minggu pertama. Bunyi yang dikeluarkan pada masa pracelotehan muncul dengan bermacam-macam dan tidak mengikuti suatu urutan tertentu. Dari segi produksi, Echa telah mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan vokal dan konsonan.
Munculnya bermacam-macam bunyi tersebut merupakan sesuatu yang terdapat dalam teori. Pada umur-umur tersebut anak mencoba segala macam bunyi yang dimungkinkan oleh fisologi mulutnya. dari bunyi-bunyi yang dihasilkan di atas, yang dipertahankan sampai dengan masa celotehan, 12 bulan, sangatlah sedikit, yakni konsonan dasar [p], [m], [b]. vokalnya hampir selalu vokal dasar [a].
Pada usia tersebut, Echa selalu menerima masukan-masukan bunyi yang bermacam-macam dan sering mengeluarkan bunyi dasar tersebut. Hal itu sesuai hukum universal bahwa kemampuan anak memperoleh bahasa apa pun bersifat universal, tetapi apa yang akhirnya diperoleh anak selalu spesifik. Dari data di atas, produksi fonologi anak selaras dengan pola universal yang terdapat pada bahasa lain manapun.

Teori Nativistik dalam Pemerolehan Bahasa Anak Usia 0—3 Tahun (1)


Penguasaan sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama yang sering kali disebut bahasa ibu (B1). Pemerolehan bahasa merupakan sebuah proses yang sangat panjang sejak anak belum mengenal sebuah bahasa sampai fasih berbahasa. Setelah bahasa ibu diperoleh pada usia tertentu, anak akan mampu menguasai bahasa lain atau bahasa kedua (B2) yang dikenalnya sebagai pengetahuan yang baru.
Ada beberapa hipotesis tentang asal mula bahasa dihubungkan dengan pemerolehan bahasa pada anak. E. Cassier berpendapat bahwa pada dasarnya bahasa merupakan pengungkapan gagasan serta ekspresi perasaan atau emosinya. Ia berpendapat bahwa jeritan-jeritan yang keluar dari seorang anak (bayi) merupakan ungkapan emosionalnya. Sementara itu, bahasa anak yang merupakan ungkapan pikiran atau gagasan mengikuti perkembangan fisik dan pikiran sebagai wujud sosialisasinya dengan lingkungan. Secara alamiah anak akan mengenal bahasa sebagai cara berkomunikasi dengan orang di sekitarnya.
Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang diperlukan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang semakin bertambah dan masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai ia memilih berdasarakan suatu ukuran atau takaran penilaian, tata bahasa yang baik, dan paling sederhana dari bahasa. Ketika beumur satu tahun, seorang anak berusaha menirukan kata-kata dan mengucapkan suara-suara yang mereka dengar disekitar mereka. Sekitar umur 18 tahun, kata-kata itu berlipat ganda dan mulai muncul dalam kalimat dua atau tiga umumya disebut ujaran-ujaran “telegrafis (bergaya telegram)”.
Pada usia 3 tahun, anak-anak biasa mencerna kuantitas masukan linguistik yang luar biasa kemampuan wicara dan pemahaman mereka meningkat pesat mereka menjadi produktif  tiada henti. Kreativitas mereka berlanjut hingga usia sekolah ketika anak-anak menyerap struktur yang semakin kompleks, memperluas kosakata mereka, dan mengasah keterampilan komunikatif mereka.
Berkaitan dengan teori pemerolehan bahasa, terdapat dua teori yang bertentangan. Akan tetapi, kedua teori tersebut berkesinambungan dalam pengkajian pemerolehan bahasa. Dua teori tersebut adalah teori behavioristik dan nativistik. Behavioristik berpandangan bahwa pemerolehan bahasa anak bergantung pada lingkungan dan hukum ransangan (stimulasi) dan tanggapan (respons). Teori nativistik berpandangan bahwa pemerolehan bahasa anak bergantung pada bekal kodrati anak yang bersifat genetik untuk menguasai bahasa universal.

Teori Pemerolehan Bahasa
Teori Behavioristik
Teori Behavioristik berpandangan bahasa adalah bagian fundamental dari keseluruhan perilaku manusia. Teori behavioristik berfokus pada aspek-aspek yang dapat ditangkap langsung dari perilaku linguistik-respons yang bisa diamati secara nyata dalam berbagai hubungan respons-respons itu dan peristiwa-peristiwa di dunia sekeliling mereka. Seorang behavioris memandang perilaku bahasa yang efektif sebagai wujud tanggapan yang tepat terhadap stimulan.

Bagan Pembidangan Linguistik

Dalam linguistik dikenal beberapa kajian yang menjadi bagian dari keilmuan bahasa (Linguitik). Setiap bagian kajian tersebut memiliki hubungan dengan kajian yang lain dalam sistem kerja linguistic. Pembagian kajian tersebut dijabarkan sebagai berikut.

A. Mikrolinguistik



Mikrolinguitik adalah bidang linguistik yang mempelajari bahasa dari dalamnya dengan perkataan lain, mempelajari struktur bahasa itu sendiri. Mikrolinguistik berkaitan dengan kajian yang porsi keilmuannya berada pada keilmuan linguitik itu sendiri atau hubungan linguistic dengan keilmuan yang lain yang kahiannya lebih banyak pada bagian linguistic.