Bahasa sebagai objek linguistic lazim dikai secara dikotomis. Dalam Kamus Basar Bahasa Indonesia (KBBI), dikotomis diartikan sebagai pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan. Hal tersebut dapat dipahami sebagai bagian bahasa yang saling memiliki karakteristik yang bertentangan. Istilah “bertentangan” tersebut juga belum tentu diatikan sebagai berlawanan karena dikotomis dalam bahasa juga dapat saling komplementer meskipun fungsi sebagai penentang dari lainnya. Mislanya, antara penanda dan petanda.
Penanda memiliki fungsi untuk menandai suatu petanda. Begitupun sebaliknya. Dalam bahasa sederhana, sebuah kata “kuda” digunakan untuk menandai sebuah hewan berkaki empat yang memakan rumput yang dapat berlari sangat kencang. Kata “kuda” adalah penanda dan frase hewan . . . kencang adalah petanda. Dari ilustrasi tersebut dapat dinyatakan bahwa antara penanda dan petanda saling melengkapi meski fungsi bertentangan.
Kajian dikotomis dalam bahasa melahirkan perian dua aspek bahasa yang secara prinsip tidak hanya harus dibedakan, tetapi juga harus dilihat hubunganhubungannya. Dengan demikian, dua aspek bahasa itu bukanlah maujud yang dipertentangkan. Kajian dua aspek bahasa itu bersifat komplementer.
Kajian dikotomis tentang bahasa menyuratkan pilahan dikotomis tentang bahasa. pilahan-pilahan dikotomis itu bermacam-macam tergantung pada sudut pandang pemilahannya. Pilahan-pilahan dikotomis dari berbagai sudut pandang itulah yang dipaparkan pada tulisan ini. Secara rinci, pilahan-pilahan yang dimaksud mencakup (1) langue dan parole; (2) penanda dan petanda; (3) bunyi dan gramatikal; (4) relasi sintagmatis dan relasi paradigmatic; (5) kompetensi dan performansi; (6) struktur batin dan struktur lahir. Untuk lebih dapat memahaminya, perhatian bagan di bawah ini.
Untuk
mendalami pilahan dikotomis bahasa, Anda perlu mengenal bapak linguis modern
dan tokoh (beserta alirannya linguistiknya) lingistik di dunia. Mulai dari
Ferdinand de Saussure sampai pada Noam Chomsky. Pemikiran-pemikiran linguis
tersebut mengisi perkembangan linguistic menjadi khasanah rujukan yang dapat
dikawinkandengan keilmuan yang lain, seperti psikologi, pendidikan, sosiologi, hukum,
bahkan agama. Hal tersebut sudah dijelaskan pada artikel tentang ihwal metalinguistic.
Secara
runtut penjelasan hubungan pilahan dikotomis dalam bahasa di atas disajikan disajikan
pada blog ini secara seri (baca: berseri). Hal tersebut dilakukan untuk
memberikan space yang lebih mendalam pada setiap pembahasannya. Jika dimasukkan
dalam artikel pembuka ini, akan memakan banyak space sehingga ada bagian yang
harus dihilangkan untuk menghemat penyampaian. Dari pada seperti itu, langkah
untuk memisah-misah penjelasan agar penyampainnya lebih mendalam.
Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam linguistik, analisis kebahasaan akan
selalu dikaitkan pada pilahan dikotomis di atas (meski tidak semua pendekatan analisis
bahasa menggunakan pilahan dikotomis). Materi tentang pilahan dikotomis menjadi
sangat penting bagi orang yang mulai mendalami linguisti sehingga materi
tersebut biasanya disampaikan setelah penjelasan tentang hakikat dan fungsi
bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar