Setiap linguis pasti mengenal dan
memahami tentang langue dan parole. Bagi mahasiswa pada prodi bahasa
setidaknya pernah mendengar tentang kata langue dan parole. Pemilahan
aspek bahasa datas langue dan parole dikenalkan pertama oleh
Bapak Linguistik Modern, Ferdinand de Saussure pada awal abad ke-20.
Jika ada dua orang yang sedang
berbicara, bentuk/fitur/performansi bahasanya pasti berbeda. Setiap individu
memiliki fitur, wujud, dan performasi yang khas dari individu tersebut. Oleh karena
itu, bahasa memberikan identitas sebagai penciri individu tersebut. Orang lain dapat
mengenali seseorang bisa dengan mendengarkan bahasanya, tanpa mengetahui
orangnya.
Uniknya,
meskipun setiap individu memiliki ciri khas pada wujud bahasanya, mereka tidak mengalami kesulitan dalam
menerima dan memberikan informasi dari/kepada lawan tuturnya. Jika salah satu penuturnya
memiliki wujud bahasa yang menympang, seperti ucapan [l] sebagai penyimpangan
ucapan [r] karena pelat, komunikasi juga tetap berjalan dengan lancar.
Persoalannya,
mengapa komunikasi tetap berjalan lancer meskipun setiap penutur memiliki wujud
bahasa yang berbeda? Lancarnya komunikasi tersebut disebabkan oleh kenyataan
bahwa dalam bahasa yang digunakan kedua penutur tersebut terdapat aspek langue.
Langue merupakan keseluruhan sistem tanda (signe) yang berfungsi
sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat bahasa. Langue
bersifat abstrak (Prawiroatmojo dalam Kentjono, 1982). Kridalaksana (dalam
terjemahan de Saussure, 1988) mengungkapkan bahwa langue merupakan
keseluruhan kebiasaan yang memungkinkan penutur bisa saling memahami orang lain
dalam masyarakat.
Dengan
kata lain, langue adalah sebuah sistem. Sistem yang seperti apa?
Sasussure (1988) menyatakan bahwa langue merupakan sistem tanda yang
mengungkapkan gagasan. Tanda tersebut dapat berupa abjad, ritus simbolis,
dengan bentuk-bentuk kesantunan, ataupun tanda-tanda militer. Langue menyistemkan
tanda-tanda tersebut menjadi sebuah gagasan untuk disampaikan. Oleh karena itu,
langue bersifat abstrak yang keberadaannya tidak secara langsung hadir
dalam peristiwa komunikasi, tatapi ikut membangun terbentuknya komunikasi.
Aspek
lain yang terdapat dalam bahasa dalam parole. Dalam komunikasi, akan
terdapat tuturan kata atau kalimat yang diucapkan oleh salah satu penutur, atau
keduanya. Tuturan tersebt bersifat konkret, sedangkan langue bersifat
abstrak. Akan tetapi, setiap penutur yang memiliki tuturan konkret tersebut
pada hakikatnya adalah menggunakan langue. Jadi, langue sebagai
sistem akan tampak atau terwujud pada realisasinya atau pada parole-nya.
Konsep
dan realisasinya itu dapat diibaratkan dengan sistem-sistem dan realisasi lain
dalam kehidupan manusia seperti telah dikemukakan si atas. Di dalam masyarakat,
misalnya, terdapat norma kesantunan yang digaungkan pada setiap masyarakat. Dalam
pelaksanaan norma tersebut akan terlihat orang yang menerapkan kaidah-kaidah
dari norma kesantunan tersebut. Dalam bahasa, norma kesantunan tersebut
diibaratkan sebagai langue, sedangkan penerapakan kaidahnya atau
tindakan yang sesuai dengan norma disebut sebagai parole.
Dari
uraian di atas, Kridalaksana (dalam de Saussure terjemahan Hidayat, 1988:8—9)
menyatakan tentang perbedaan sifat langue dan parole sebagai
berikut.
1.
Parole
sebagai tindakan bertutur selalu bersifat perorangan atau individual,
bervariasi, berubah-ubah, dan memiliki banyak hal yang baru. Di dalam parole
tidak terdapat kesatuan sistem dan, karenanya, tidak dapat diteliti secara
ilmiah.
2.
Parole
terjadi dari pilahan perorangan yang jumlahnya tidak terbatas, banyak sekali
pengucapan dan kombinasi-kombinasi baru. Jika kajian ilmiah diarahkan pada parole,
pemerian terhadapnya juga menjadi tak terbatas.
3.
Parole
bukanlah maujud yang bersifat kolektif, perwujudan parole bersifat sesaat mengikuti
jumlah penutur karena setiap penutur memiliki perwujudan yang khas. Parole dapat
diungkapkan dengan rumus 1’+1’+1’+1’+…, sedangkan langue lebih bersifat
kolektif dan dapat diungkapkan dengan rumus (1+1+1+1+…)=1.
4.
Langue
berada dalam bentuk keseluruhan kesan yang tersimpan dalam otak setiap orang
anggota masyarakat. Langue itu hampir menyerupai kamus yang dibagikan
kepada setiap orang, sama setiap orang. Akan tetapi, langue tidak terpengaruh
oleh kemauan para penyimpannya.
5.
Langue
merupakan produk sosial yang sekaligus merupakan konvensi yang dipengaruhi oleh
kelompok sosial.
6.
Langue
adalah perangkta konvensi yang diterima oleh masyarakat ujar dan semua individu
dalam masyarakat ujar itu dari penutur pendahulunya. Langue itu
memberikan kesan bahwa baha itu berubah sedemikian lambat sehingga cukup alasan
untuk mengatakan bahwa kita mempelajari bahasa itu seolah-olah tidak mengalami
perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar