Jumat, 14 Juni 2019

Langue dan Parole


            Setiap linguis pasti mengenal dan memahami tentang langue dan parole. Bagi mahasiswa pada prodi bahasa setidaknya pernah mendengar tentang kata langue dan parole. Pemilahan aspek bahasa datas langue dan parole dikenalkan pertama oleh Bapak Linguistik Modern, Ferdinand de Saussure pada awal abad ke-20.
Jika ada dua orang yang sedang berbicara, bentuk/fitur/performansi bahasanya pasti berbeda. Setiap individu memiliki fitur, wujud, dan performasi yang khas dari individu tersebut. Oleh karena itu, bahasa memberikan identitas sebagai penciri individu tersebut. Orang lain dapat mengenali seseorang bisa dengan mendengarkan bahasanya, tanpa mengetahui orangnya.
Uniknya, meskipun setiap individu memiliki ciri khas pada wujud bahasanya,  mereka tidak mengalami kesulitan dalam menerima dan memberikan informasi dari/kepada lawan tuturnya. Jika salah satu penuturnya memiliki wujud bahasa yang menympang, seperti ucapan [l] sebagai penyimpangan ucapan [r] karena pelat, komunikasi juga tetap berjalan dengan lancar.

Persoalannya, mengapa komunikasi tetap berjalan lancer meskipun setiap penutur memiliki wujud bahasa yang berbeda? Lancarnya komunikasi tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam bahasa yang digunakan kedua penutur tersebut terdapat aspek langue. Langue merupakan keseluruhan sistem tanda (signe) yang berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat bahasa. Langue bersifat abstrak (Prawiroatmojo dalam Kentjono, 1982). Kridalaksana (dalam terjemahan de Saussure, 1988) mengungkapkan bahwa langue merupakan keseluruhan kebiasaan yang memungkinkan penutur bisa saling memahami orang lain dalam masyarakat.
Dengan kata lain, langue adalah sebuah sistem. Sistem yang seperti apa? Sasussure (1988) menyatakan bahwa langue merupakan sistem tanda yang mengungkapkan gagasan. Tanda tersebut dapat berupa abjad, ritus simbolis, dengan bentuk-bentuk kesantunan, ataupun tanda-tanda militer. Langue menyistemkan tanda-tanda tersebut menjadi sebuah gagasan untuk disampaikan. Oleh karena itu, langue bersifat abstrak yang keberadaannya tidak secara langsung hadir dalam peristiwa komunikasi, tatapi ikut membangun terbentuknya komunikasi.
Aspek lain yang terdapat dalam bahasa dalam parole. Dalam komunikasi, akan terdapat tuturan kata atau kalimat yang diucapkan oleh salah satu penutur, atau keduanya. Tuturan tersebt bersifat konkret, sedangkan langue bersifat abstrak. Akan tetapi, setiap penutur yang memiliki tuturan konkret tersebut pada hakikatnya adalah menggunakan langue. Jadi, langue sebagai sistem akan tampak atau terwujud pada realisasinya atau pada parole-nya.
Konsep dan realisasinya itu dapat diibaratkan dengan sistem-sistem dan realisasi lain dalam kehidupan manusia seperti telah dikemukakan si atas. Di dalam masyarakat, misalnya, terdapat norma kesantunan yang digaungkan pada setiap masyarakat. Dalam pelaksanaan norma tersebut akan terlihat orang yang menerapkan kaidah-kaidah dari norma kesantunan tersebut. Dalam bahasa, norma kesantunan tersebut diibaratkan sebagai langue, sedangkan penerapakan kaidahnya atau tindakan yang sesuai dengan norma disebut sebagai parole.
Dari uraian di atas, Kridalaksana (dalam de Saussure terjemahan Hidayat, 1988:8—9) menyatakan tentang perbedaan sifat langue dan parole sebagai berikut.
1.      Parole sebagai tindakan bertutur selalu bersifat perorangan atau individual, bervariasi, berubah-ubah, dan memiliki banyak hal yang baru. Di dalam parole tidak terdapat kesatuan sistem dan, karenanya, tidak dapat diteliti secara ilmiah.
2.      Parole terjadi dari pilahan perorangan yang jumlahnya tidak terbatas, banyak sekali pengucapan dan kombinasi-kombinasi baru. Jika kajian ilmiah diarahkan pada parole, pemerian terhadapnya juga menjadi tak terbatas.
3.      Parole bukanlah maujud yang bersifat kolektif, perwujudan parole bersifat sesaat mengikuti jumlah penutur karena setiap penutur memiliki perwujudan yang khas. Parole dapat diungkapkan dengan rumus 1’+1’+1’+1’+…, sedangkan langue lebih bersifat kolektif dan dapat diungkapkan dengan rumus (1+1+1+1+…)=1.
4.      Langue berada dalam bentuk keseluruhan kesan yang tersimpan dalam otak setiap orang anggota masyarakat. Langue itu hampir menyerupai kamus yang dibagikan kepada setiap orang, sama setiap orang. Akan tetapi, langue tidak terpengaruh oleh kemauan para penyimpannya.
5.      Langue merupakan produk sosial yang sekaligus merupakan konvensi yang dipengaruhi oleh kelompok sosial.
6.      Langue adalah perangkta konvensi yang diterima oleh masyarakat ujar dan semua individu dalam masyarakat ujar itu dari penutur pendahulunya. Langue itu memberikan kesan bahwa baha itu berubah sedemikian lambat sehingga cukup alasan untuk mengatakan bahwa kita mempelajari bahasa itu seolah-olah tidak mengalami perubahan.

diadaptasi dari: Oka, I.G.N, dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar