Berbicara tentang metalinguistik, tentunya
kita akan mengaitkan dengan kosakata yang mengarah pada morfem meta- yang melekat pada morfem lainnya.
Misalnya, morfem metakognisi,
metaanalisis, metadata, metaberrrkas, metafisika, dan lainnya. Arti morfem meta- dalam KBBI V adalah bentuk terikat kemudian, berubah, perubahan. Arti
morfem linguistik dalam KBBI V adalah ilmu tentang bahasa;
telaah bahasa secara ilmiah. Dari dua pengertian morf di atas, metalinguistik diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang perubahan-perubahan keilmuan bahasa. Hal tersebut bisa
diperjelas bahwa metalinguistik adalah ilmu tentang hubungan linguistik dengan
ilmu-ilmu lain yang berkembang di masyarakat.
Jika kita pelajari pada artikel “Ruang
Lingkup Linguistik” di blog ini, lingkup kajian metalinguistik cenderung
mengarah pada bidang makrolinguistik. Kajian-kajian dalam makrolinguistik
tersebut dapat dikatakan sebagai bagian dari metalinguistik. Dengan adanya
metalinguistik tersebut, bahasa menjadi sangat dinamis dalam perkembangannya
karena disinggungkan dengan ilmu yang lain. Perkembangan keilmuan bahasa yang
dikaji secara interdisipliner menjadi berkembang dan dapat berkontribusi pada
kajian multidisipliner.
Kajian metalinguistik
menggunakan analisis makna sebagai landasan utama yang menyatukan tradisi
filsafat dan logika dalam kajian makna dengan ancangan tipologi untuk kajian
bahasa. Untuk itu, beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian dalam kajian metalinguistik
antara lain 1) cara mengembangkan kombinasi beberapa komponen tatabahasa,
misalnya sudut pandang sintaksis digunakan untuk mendapatkan makna sebuah kata;
2) profil bahasa harus dipahami dengan mempelajari apa yang ada di sekitar kita
(ekologi bahasa); 3) munculnya makna baru sebagai pertimbangan polisemi; 4) belajar bahasa merupakan identifikasi komponen makna asal
yang akan menentukan sintaksis bahasa.
Di referensi lain, ada istilah bahasa berfungsi
sebagai metalingual. Artinya, bahasa berfungsi sebagai bentuk bahasa dari
bahasa itu sendiri (ilmu bahasa). Bahasa berfungsi dalam penyampaian informasi
pada ilmu selain bahasa, seperti psikologi, sosial, budaya, ekonomi, sains,
MTK, pendidikan. Di sisi lain, bahasa juga berfungsi dalam penyampaian
penjelasan tentang ilmu kebahasaan. Fungsi tersebut dikatakan sebagai fungsi metalingual.
Jadi, metalinguitik dapat diartikan dengan sangat luas sebagai ilmu yang
mempelajari bahasa dengan ilmu lainnya, termasuk ilmu kebahasaan, seperti teori
belajar bahasa, filsafat bahasa, dsb. Penjelasan di atas dapat dipahami pada gambar
berikut.
Dalam perkembangannya, metalinguistik
banyak digunakan dalam studi psikolinguistik, terutama pemerolehan bahasa pada
anak. Telaah metalinguistik dikaitkan pada psikologi perkembangan anak dalam
memperoleh bahasa ibu (mother tounge).
Hal tersebut dapat dipahami pada buku kumpulan artikel yang berjudul Metalinguistic Awareness in Children: Theory,
Research, and Implications dengan editornya adalah William E. Tunmer, Christopher
Pratt, Michael L. Herriman yang diterbitkan pada tahun 1984. Jika kita mencari
referensi tentang metalinguistic, yang banyak muncul adalah pada kajian
psikologi perkembangan pada anak, terutama pada tema metalinguitc awareness.
Sebenarnya, jika dirunut pada etimologi
kata metalinguitik pada pembahasan awal artikel ini, lingkup metalinguitik dapat
lebih luas dari studi pemerolehan bahasa (language
acquisition). Metalinguitik dapat digunakan dalam analisis gejala bahasa
dengan pemikiran; gejala bahasa dengan fenomena sosial; bahasa dengan filsafat;
bahasa dengan keilmuan lainnya. Metalinguistik dapat pula digunakan dalam penganalisisan
bahasa dengan kesehatan. Begitu luasnya kajian metalinguistic membuat linguis
tidak begitu memperhatikan kajian metalinguistic, tetapi langsung focus pada bagian
dari metalinguistic itu sendiri sehingga kata metalinguitik tidak disinggung
yang akibatnya kata metalinguistic menjadi
terasa asing di telinga kita.
Lalu, ada pertanyaan: siapakah tokoh metalinguistik?
Jika kita mencari informasi dari berbagai sumber, jawabannya adalah Benjamin Lee
Whorf. Benjamin Lee Whorf adalah seorang linguis strukturalis yang pengembangan
keilmuannya didasarkan pada gurunya, Edward Sapir. Benjamin Lee Whorf mencetus
gagasannya yang dikenal sebagai Hipotesis Sapir-Whorf (Sapir-Whorf Hypothesis). Whorf memiliki hipotesis bahwa bahasa tidak hanya merupakan
bagian dari budaya, dipengaruhi oleh kelompok manusia yang membangunnya, tetapi
juga berpengaruh pada budaya dan pemikiran. Manusia melihat dunia dengan cara struktur
bahasa yang mereka gunakan. Misalnya, salah satu bahasa daerah di Papua hanya
mengenal angka 1—4, hal tersebut akan memengaruhi pola pikir masyarakat
tersebut dan lambat laun akan menjadi budaya yang mengatur perilaku masyarakat
tersebut.
Hipotesis
Sapir-Whorf diklasifikasikan sebagai relativitas linguistik. Artinya, bahasa tidak
hanya berpengaruh pada keilmuan kebahasaan saja, tetapi juga berpengaruh pada keilmuan
lainnya. Hipotesis tersebut telah diserang dalam beberapa dekade terakhir,
tetapi ide-ide Whorf telah melahirkan banyak literatur populer tentang bahasa.
Ide-idenya, sebagian besar, menjadi terkenal hanya setelah kematiannya yang dalam
keilmuan modern ini dikenal sebagai metalinguitik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar