Selasa, 29 Januari 2019

IHWAL BAHASA


Kata bahasa sudah terngiang oleh semua orang dalam semua kapasitas, bidang, dan keahliannya masing-masing. Kata bahasa juga muncul dalam setiap pembahasan dalam forum ilmiah dan nonilmiah. Kata bahasa juga digunakan pada beberapa keilmuan sosial, komunikasi, dan eksakta. Jadi, bahasa digunakan semua orang, semua aspek, dan semua keperluan. Lalu, apa arti dari bahasa dan apa pengertian tentang bahasa? terkadang kita berkali-kali menyebutkan kata itu, tetapi tidak tahu apada maksud dan penjelasannya.
Jika membahas tentang pengertian tentang bahasa, banyak sekali ahli yang menyampaikan penjelasan tentang bahasa. Penjelasan tersebut memiliki perbedaan dan persamaan yang dengan sendirinya kita sendiri bisa mengonstruksi pengertian dari bahasa. kurang lebihnya, bahasa merupakan sistem simbol yang diproduksi oral manusia bersifat arbiter dam konvensional pada masyarakat dalam waktu dan tempat tertentu. Dari pengertian tersebut, terdapat beberapa ciri dari bahasa yang dijabarkan sebagai berikut.

1.       Bahasa sebagai sistem simbol
Sistem simbol dimaksudkan sebagai sebuah kesatuan symbol (bunyi atau lambing huruf) dengan formula tertentu. Misalnya, seseorang melafalkan kata [paku], kata tersebut berasal dari empat simbol bunyi dengan formula atau urutan yang khusu. Pada bunyi kata [sapu] terdiri atas bunyi [s], [a], [p], dan [u]. keempat bunyi tersebut tersusun dengan urutan 1) [s]; 2) [a]; 3) [p]; dan 4) [u]. Jika keempat simbol bunyi kata tersebut diubah menjadi 1) [u]; 2) [s]; 3) [a]; dan 4) [p], akan terbentuk bunyi [usap]. Perubahan sistem tersebut akan berpengaruh pada arti dan maksud pengucapannya. Jika keempat simbol bunyi kata tersebut diubah 1 simbol bunyi saja, akan terbentuk perubahan makna juga. Misalnya dari bunyi [sapu] diubah simbol [u] pada akhir bunyi menjadi [i], akan terbentuk bunyi [sapi]. Tentunya perubahan symbol bunyi tersebut juga mengubah makna katanya.

Dari penjelasan di atas, bahasa merupakan sebuah kesatuan sistem symbol yang urutan dan symbol-simbol yang terlibat menjadi satu kesatuan makna. Jika symbol yang terbentu tidak bersistem, kekacauan makna yang dimaksud akan terjadi.

2.       Bahasa diucapkan dari oral manusia
Dari ciri pertama sebuah bahasa sebagai sistem symbol, bahasa juga diartikan sebagai sistem symbol bunyi yang diproduksi atau dihasilkan dari oral (alat ucap/artikulasi) manusia. Jika burung beo menirukan sebuah bunyi tertentu, itu tidak dikatakan sebagai bahasa. Karena hakikatnya bahasa adalah produksi manusia. Lalu, ada istilah “bahasa hati”, “bahasa cinta”, dan lainnya. Jika merujuk pada pengertian bahasa oleh para ahli, itu sebenarnya bukan bahasa, tetapi rasa atau lainnya. Pengertian bahasa yang dimaksudkan adalah pada perspektif keilmiahan define bahasa. lalu, jika ada istilah “bahasa isyarat”, itu juga bukan bahasa.

3.       Bahasa Bersifat Arbitrer (mana suka)
Pada zaman dahulu, sebelum adanya penamaan benda dan maksud, orang menyatakan sesuatu dengan mana suka. Kita akan selalu bertanya-tanya mengapa benda spidol dilafalkan sebagai spidol? Mengapa itu dikatakan spidol? Dan seterusnya. Awal mula penamaan itu pun tidak ada yang tahu. Bahasa berasal dari sebuah penyebutan mana suka masyarakat tertentu dan dalam waktu tertentu. Hal tersebut untuk memudahkan apa yang dimaksudkan seseorang agar tersampaikan pesan.

4.       Bahasa Bersifat Konvensional
Jika kita memahami pada sifat arbitrer dari bahasa, tentunya bahasa tidak bisa dikatakan sebagai sebuah ilmu, disiplin pengetahuan, dan keilmiahannya. Untuk membatasi arbitrer yang dikhawatirkan tidak terkendali, bahasa juga bersifat konvensional. Konvensional yang dimaksudkan adalah bahasa merupakan sistem symbol yang arbitrer dan berdasarkan kesepakatan masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Bahasa ditentukan oleh masyarakat yang digunakan sebagai bentuk komunikasi antaranggota masyarakat. Bahasa yang digunakan tersebut sangat dinamis yang dipengaruhi waktu juga. Masyarakat Indonesia berbeda bahasa dengan masyarakat Thailand. Akan tetapi,  bisa menjadi sama jika dalam beberapa dekade masyarakat tertentu mulai banyak menggunakan bahasa Inggris.
Ciri konvensional inilah yang menjadi faktor penentu keberlangsungan sebuah bahasa. Ketika paradigma masyarakat menganggap rendah bahasanya sendiri dan beralih menggunakan bahasa asing, bahasanya bisa menjadi punah. Misalnya, generasi milenial jarang yang menyukai dan menggunakan bahasa daerah dalam situasi formal atau apa pun. Mereka lebih menyukai dan menggunakan bahasa asing sebagai wujud bentuk peningkatan prestise. Hal tersebut dapat mengancam keberadaan dan eksistensi bahasa daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar