Kata bahasa sudah terngiang oleh semua orang dalam
semua kapasitas, bidang, dan keahliannya masing-masing. Kata bahasa juga muncul dalam setiap
pembahasan dalam forum ilmiah dan nonilmiah. Kata bahasa juga digunakan pada beberapa keilmuan sosial, komunikasi,
dan eksakta. Jadi, bahasa digunakan
semua orang, semua aspek, dan semua keperluan. Lalu, apa arti dari bahasa dan
apa pengertian tentang bahasa? terkadang kita berkali-kali menyebutkan kata
itu, tetapi tidak tahu apada maksud dan penjelasannya.
Jika membahas
tentang pengertian tentang bahasa, banyak sekali ahli yang menyampaikan
penjelasan tentang bahasa. Penjelasan tersebut memiliki perbedaan dan persamaan
yang dengan sendirinya kita sendiri bisa mengonstruksi pengertian dari bahasa. kurang
lebihnya, bahasa merupakan sistem simbol yang diproduksi oral manusia bersifat
arbiter dam konvensional pada masyarakat dalam waktu dan tempat tertentu. Dari pengertian
tersebut, terdapat beberapa ciri dari bahasa yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Bahasa sebagai sistem simbol
Sistem simbol
dimaksudkan sebagai sebuah kesatuan symbol (bunyi atau lambing huruf) dengan
formula tertentu. Misalnya, seseorang melafalkan kata [paku], kata tersebut
berasal dari empat simbol bunyi dengan formula atau urutan yang khusu. Pada bunyi
kata [sapu] terdiri atas bunyi [s], [a], [p], dan [u]. keempat bunyi tersebut
tersusun dengan urutan 1) [s]; 2) [a]; 3) [p]; dan 4) [u]. Jika keempat
simbol bunyi kata tersebut diubah menjadi 1) [u]; 2) [s]; 3) [a]; dan 4) [p], akan terbentuk bunyi
[usap]. Perubahan sistem tersebut akan berpengaruh pada arti dan maksud
pengucapannya. Jika keempat simbol bunyi kata tersebut diubah 1 simbol bunyi
saja, akan terbentuk perubahan makna juga. Misalnya dari bunyi [sapu] diubah simbol
[u] pada akhir bunyi menjadi [i], akan terbentuk bunyi [sapi]. Tentunya perubahan
symbol bunyi tersebut juga mengubah makna katanya.
Dari penjelasan
di atas, bahasa merupakan sebuah kesatuan sistem symbol yang urutan dan symbol-simbol
yang terlibat menjadi satu kesatuan makna. Jika symbol yang terbentu tidak
bersistem, kekacauan makna yang dimaksud akan terjadi.
2. Bahasa diucapkan dari oral manusia
Dari ciri
pertama sebuah bahasa sebagai sistem symbol, bahasa juga diartikan sebagai
sistem symbol bunyi yang diproduksi atau dihasilkan dari oral (alat
ucap/artikulasi) manusia. Jika burung beo menirukan sebuah bunyi tertentu, itu
tidak dikatakan sebagai bahasa. Karena hakikatnya bahasa adalah produksi
manusia. Lalu, ada istilah “bahasa hati”, “bahasa cinta”, dan lainnya. Jika merujuk
pada pengertian bahasa oleh para ahli, itu sebenarnya bukan bahasa, tetapi rasa
atau lainnya. Pengertian bahasa yang dimaksudkan adalah pada perspektif
keilmiahan define bahasa. lalu, jika ada istilah “bahasa isyarat”, itu juga
bukan bahasa.
3. Bahasa Bersifat Arbitrer (mana suka)
Pada zaman
dahulu, sebelum adanya penamaan benda dan maksud, orang menyatakan sesuatu
dengan mana suka. Kita akan selalu bertanya-tanya mengapa benda spidol
dilafalkan sebagai spidol? Mengapa itu
dikatakan spidol? Dan seterusnya. Awal
mula penamaan itu pun tidak ada yang tahu. Bahasa berasal dari sebuah
penyebutan mana suka masyarakat tertentu dan dalam waktu tertentu. Hal tersebut
untuk memudahkan apa yang dimaksudkan seseorang agar tersampaikan pesan.
4. Bahasa Bersifat Konvensional
Jika kita
memahami pada sifat arbitrer dari bahasa, tentunya bahasa tidak bisa dikatakan
sebagai sebuah ilmu, disiplin pengetahuan, dan keilmiahannya. Untuk membatasi arbitrer
yang dikhawatirkan tidak terkendali, bahasa juga bersifat konvensional. Konvensional
yang dimaksudkan adalah bahasa merupakan sistem symbol yang arbitrer dan
berdasarkan kesepakatan masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Bahasa ditentukan
oleh masyarakat yang digunakan sebagai bentuk komunikasi antaranggota
masyarakat. Bahasa yang digunakan tersebut sangat dinamis yang dipengaruhi
waktu juga. Masyarakat Indonesia berbeda bahasa dengan masyarakat Thailand. Akan
tetapi, bisa menjadi sama jika dalam
beberapa dekade masyarakat tertentu mulai banyak menggunakan bahasa Inggris.
Ciri konvensional
inilah yang menjadi faktor penentu keberlangsungan sebuah bahasa. Ketika paradigma
masyarakat menganggap rendah bahasanya sendiri dan beralih menggunakan bahasa
asing, bahasanya bisa menjadi punah. Misalnya, generasi milenial jarang yang
menyukai dan menggunakan bahasa daerah dalam situasi formal atau apa pun. Mereka
lebih menyukai dan menggunakan bahasa asing sebagai wujud bentuk peningkatan
prestise. Hal tersebut dapat mengancam keberadaan dan eksistensi bahasa daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar